Selasa, 04 Juli 2017

ESSAY GERAKAN BANTEN MENGAJAR

ABDIKU UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA: MEMBANGUN  GERAKAN  DARI HULU KE HILIR

Oleh: Hana Fathiya Dasairy[1]


Apa yang bisa saya berikan untuk negeri? Pertanyaan ini kembali mengingatkan saya dengan satu quotes “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakanlah apa yang  sudah kamu berikan kepada negaramu.” Kalimat ini merupakan kutipan pidato dari seorang mantan presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. Mendengar kalimat itu, lagi-lagi saya merasa tertampar karena selama ini saya hanya bisa meminta dan menuntut kepada negara namun belum bisa memberikan kontribusi yang besar untuk bangsa dan negara ini. Namun, selama saya masih diberikan kehidupan, saya akan terus berusaha mengabdikan diri kepada bangsa dan negara walau itu sesuatu hal yang kecil. Karena kesuksesan memang berawal dari hal yang kecil dan dari diri sendiri.

Image result for GAMBAR BANTEN MENGAJARBagi saya, hal yang bisa saya berikan untuk negeri adalah dengan mengamalkan ilmu. Perintah agama islam mengajarkan mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Untuk itu, sudah sepantasnya setiap manusia yang dilahirkan ke dunia mempunyai impian untuk bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Ilmu yang telah didapatkan bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk diamalkan kembali. Seperti kata orang bijak, ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buahnya. Karena dengan ilmu, tentunya saya bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. Hal ini pula ditegaskan dalam HR. Ahmad yang mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

Faktanya, mendapatkan predikat sebagai seorang mahasiswa adalah sesuatu yang luar biasa pada kebanyakan orang termasuk juga saya. Karena tidak semua orang bisa merasakan menjadi mahasiswa. Bukan hasilnya yang saya banggakan, melainkan proses panjang yang saya harus lalui untuk bisa sampai pada tingkat mahasiswa. Karena dari prosesnyalah saya mengerti arti sebuah perjuangan. Perjuangan untuk bisa menyongsong pendidikan yang lebih baik. Perjuangan untuk mendapatkan satu bangku di perguruan tinggi tidaklah mudah. Dari berbagai macam jalur masuk ujian tes masuk PTN aya coba dengan hasil sembilan kali sudah saya dinyatakan tidak lulus. Namun kegagalan tidak menyurutkan langkah saya untuk terus belajar karena saya selalu percaya bahwa jalan akan terus terbuka jika kita terus berusaha pantang menyerah. Terbukti saya bisa menemukan jalan terang ini. Jalan yang Allah berikan kepada saya hingga akhirnya saya menemukan jati diri saya sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dan akhirnya sampailah saat ini saya berada pada titik dimana saya sudah ‘Maha-siswa’. Menjadi mahasiswa tidak berarti selesai sampai disini, tapi saya berdiri di depan untuk mengemban sebuah amanah. Amanah ini adalah peran  saya sebagai mahasiswa. Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan mendengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.
Negara saya ini memang memiliki beragam masalah. Korupsi seperti sudah hal yang biasa dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Belum lagi kualitas pendidikan dan kesehatan Indonesia yang masih terbilang rendah, pengelolaan sumber daya alam yang buruk, kerusakan lingkungan, sempitnya lapangan pekerjaan, perdagangan bebas produk tembakau dan narkotika, serta masalah yang paling besar Indonesia hadapi sekarang adalah kemiskinan dan krisis karakter. Inilah tugasku sebagai mahasiswa untuk memikirkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan bangsa yang perlahan mulai menjadi budaya bangsa Indonesia.
Jika melihat potret pendidikan di pelosok Indonesia, ternyata masih banyak teman-teman kita diluar sana yang membutuhkan uluran tangan kita untuk membantu mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Mungkin saya adalah orang yang lebih bernasib baik dari mereka di pelosok sana. Walaupun banyak tantangan yang mereka hadapi seperti akses sekolah yang sulit dengan jarak berkilo-kilo meter bahkan harus menyebrangi sungai tanpa jembatan, fasilitas di sekolah tanpa meja, kursi, dan papan tulis, pakaian lusuh, tak bersepatu, belajar saling berhimpitan tanpa alas tikar, dan minimnya guru tampaknya tidak menyurutkan semangat mereka untuk menyongsong pendidikan yang lebih baik. 
Apakah sebagai seorang yang terpelajar saya hanya diam? Tentu jawabannya tidak. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa. Salah satunya adalah membangun sebuah gerakan. Berbicara tentang gerakan tidak melulu soal aksi turun ke jalan, melainkan gerakan mahasiswa adalah sebuah gerakan yang memiliki 1001 alternatif yang intinya bagaimana gerakan mahasiswa tersebut bisa  menjamin perubahan dalam masyarakat itu tercapai. Gerakan itu bisa dilakukan dimulai dari hulu yaitu dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dari sekarang.  Hal yang ingin saya lakukan adalah menciptakan gerakan pendidikan. Gerakan yang terdiri dari beberapa orang atas visi bersamanya untuk memajukan pendidikan Indonesia.  Menjelajah dan mengkaji pelosok negara Indonesia atau bahkan daerah sekitar tempat tinggal kita yang sekiranya tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal yang bisa kita lakukan selain menyumbangkan tenaga kita menjadi pengajar, kita bisa melakukan advokasi kepada stakeholder terhadap perubahan dari kebijakan publik yang menyimpang.
Dimulai saat mahasiswalah  saya belajar bagaimana cara mengorganisir dan mengembangkan masyarakat. Hal itu bisa saya dapatkan ketika  saya  memilih jalan untuk menjadi aktivis kampus disamping belajar dikelas dengan harapan bisa memberikan sesuatu untuk bangsa mengingat peran mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control yang merupakan penyambung lidah rakyat.  Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dari konsep ini terlihat jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan masyarakat.
Dengan menjadi aktivis, banyak hal yang bisa saya lakukan dari menjadi relawan pendidikan, relawan kesehatan, dan relawan kemanusiaan. Menjadi relawan berarti aku harus siap melakukan sesuatu hal dengan sukarela dan mengorbankan pikiran, waktu dan tenaga. Istimewanya seorang relawan adalah bisa memberikan keuntungan positif bagi lingkungan atau organisasi yang dibantunya.
Kita sebagai mahasiswa yang tak terpisahkan dari rakyat. Lebih bernasib baik dan mempunyai waktu luang dalam belajar dan mengembangkan pengetahuan kita  dibanding buruh, tani, dan kaum miskin kota. Sudah seharusnya kita bisa meluangkan waktu lebih  dalam perjuangan terorganisir agar teman-teman  kita dan rakyat luas kedepannya bisa menikmati pendidikan yang selama ini diabaikan pemerintah. Sudah saatnya kita bergerak mengabdi untuk negeri. Atas nama bangsa Indonesia saya siap mengikuti Gerakan Banten Mengajar yang merupakan tonggak awal kemajuan pendidikan. Saya siap mengabdi untuk Indonesia walaupun didepan sana banyak rintangan  yang harus dilewati karena sejatinya orang-orang yang sukses adalah mereka yang berani gagal di awal.













[1] Mahasiswa semester empat Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGENAL DASAR ILMU GIZI KESMAS

Kondisi Gizi Anak Indonesia sumber: https://kominfo.go.id/content/all/infografis?page=113 Deskripsi mata Kuliah Memberikan pemahama...